Tampilkan postingan dengan label plant morphology. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label plant morphology. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Mei 2015

Asal-Usul, Perkembangan dan Propagasi Chimera

Pendahuluan

Sebuah tanaman disebut chimera ketika sel-sel yang memiliki lebih dari sebuah genotip ditemukan tumbuh berdekatan di dalam jaringan tanaman tersebut. ‘Variegated plants’ (tanaman yang jaringannya berwarna keputihan di antara jaringan tanaman yang hijau) mungkin adalah tipe paling umum dari chimera, dan tentu saja contoh yang paling cocok untuk digunakan dalam mengenalkan konsep dasar. Sel-sel di dalam sebuah daun ‘variegated plant’, semuanya berasal dari meristem apikal tunas, tetapi beberapa sel ditandai oleh ketidakmampuan mensintesis klorofil. Sel-sel ini kemudian memunculkan warna putih, bukan hijau, meskipun sel-sel tersebut adalah bagian dari sistem jaringan yang sama. Banyak seleksi penting dari tanaman berdaun, tanaman florikultur dan tanaman lanskap adalah chimera. ‘Cornus alba’ Argenteo Marginata, ‘Vinca minor' Variegata, ‘Ajuga reptans' Burgundy Glow, dan banyak seleksi dari ‘Hosta’, ‘Diffenbachia’, ‘Peperomia’, ‘Chlorophytum’, dan juga ‘Saintpaulia, tetapi sedikit dari chimera yang memiliki ‘variegated leaf’.

Maksud artikel ini adalah untuk memeriksa asal mula dan perkembangan tanaman chimera, untuk memperkenalkan tindakan pencegahan yang harus diikuti untuk propagasi chimera, dan untuk mendiskusikan chimera hortikultural yang lebih penting daripada tipe ‘variegated plant’.

Konsep Organisasi Apikal

Diskusi mengenai chimera tidak akan pernah lengkap tanpa ulasan mengenai organisasi ujung tunas. Pola pembelahan sel, frekuensi pembelahan sel dan organisasi lapisan sel di daerah pucuk saling berinteraksi dalam menentukan tipe chimera dan stabilitas pola yang dihasilkan.

Meristem apikal sebuah tunas adalah tempat dibentuknya sebagian besar sel yang menghasilkan tubuh tanaman. Pembelahan sel terjadi pada kecepatan yang sangat tinggi dalam sebuah pucuk yang aktif tumbuh dan sel-sel ini pada gilirannya memanjang atau melebar menghasilkan pertumbuhan pemanjangan tunas. Tanaman berkayu dan tanaman herba tertentu mengandung meristem sekunder yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan sekunder ini tidak akan dibahas di sini. Gambar 1 adalah sketsa dari potongan membujur meristem apikal dari tunas tanaman dikotil. Primordial daun keluar dari sisi kubah apikal dan tunas lateral berkembang di dalam ketiak dari daun-daun muda ini.

Gambar I. Meristem Apikal Tanaman Dikotil

Ujung tunas diorganisasi menjadi wilayah berlapis (tunika) dan sebuah wilayah dimana lapisannya tidak jelas (korpus). Pola pengendalian pembelahan sel di dalam tunika menghasilkan pemeliharaan lapisan-lapisan yang berbeda, dengan sejumlah lapisan yang bervariasi di antara spesies yang berbeda. Penting untuk dicatat bahwa lapisan-lapisan tersebut mempertahankan organisasinya menjadi wilayah dimana daun dan tunas lateral berkembang.

Derivat lapisan terluar (L.I) merupakan cikal bakal epidermis (Gambar 1). Lapisan epidermal terus melapisi semua jaringan daun, batang, mahkota bunga dan lain-lain. Derivat lapisan II (L.II) menjadi beberapa lapisan di antara batang dan proporsi yang besar dari sel di dalam helai daun. Derivat lapisan III (L.III) akan berubah menjadi sebagian besar jaringan sebelah dalam dari batang dan sejumlah sel-sel di sekeliling jaringan pengangkut di antara daun. Pentingnya lapisan-lapisan sel dan perkembangannya akan didiskusikan dalam topik berikut.

Asal Usul Chimera

Chimera muncul ketika sel mengalami mutasi. Mutasi ini bisa spontan atau diinduksi oleh iradiasi atau perlakuan dengan mutagen dari bahan kimia. Jika sel yang bermutasi terletak di dekat puncak kubah pucuk, maka semua sel yang lain yang dihasilkan dari pembelahan dari kubah pucuk tersebut akan menjadi termutasi. Hasilnya adalah sel-sel dengan genotip yang berbeda yang tumbuh berdampingan di suatu jaringan tanaman, inilah yang menjadi definisi chimera.

Jika lokasi sel pada saat mutasi adalah di daerah di mana pembelahan sel sangat sedikit berlangsung, kemungkinan untuk mendeteksi mutasi ini dengan mengamati seluruh tanaman secara visual akan sulit. Terlebih lagi, jika mutasinya menghasilkan sebuah genotip yang tidak terlalu berbeda secara morfologi dari tanaman tersebut, kemungkinan mengidentifikasi tanaman tersebut sebagai chimera juga rendah. Sebuah mutasi yang menghasilkan sel-sel tak berwarna daripada sel-sel hijau (‘variegation’) sangat mudah dideteksi, sedangkan mutasi yang menghasilkan sel-sel dengan akumulasi gula yang lebih besar daripada sel-sel yang lain, akan sulit diamati.

Chimera Periklinal, Meriklinal, dan Sektorial

Tanaman chimera dapat dikategorikan berdasarkan pada lokasi dan proporsi relatif sel-sel termutasi terhadap sel-sel yang tidak termutasi di meristem apikal. Chimera periklinal adalah kategori yang paling penting karena chimera ini relatif stabil dan dapat diperbanyak secara vegetatif. Sebuah mutasi menghasilkan chimera periklinal jika sel-sel yang terpengaruh letaknya di dekat kubah apikal sehingga sel-sel yang diproduksi oleh pembelahan berikutnya membentuk seluruh lapisan dari tipe termutasi. Hasil meristemnya mengandung satu lapis yang secara genetik berbeda dari meristem asalnya. Jika, misalnya, mutasi terjadi di L.I., maka lapisan epidermis pucuk yang diproduksi setelah mutasi adalah tipe genetik yang baru.
Gambar 2. Perkembangan Chimera

Sebuah contoh yang representatif dari chimera periklinal adalah ‘blackberry’ tak berduri. Lapisan epidermis dari tipe ini tidak membentuk duri (sel-sel epidermis termodifikasi biasanya disebut ‘duri’). Epidermis tak berduri menutupi batang yang sel-selnya mengandung informasi untuk genotip berduri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengambil potongan akar. Pucuk adventif yang berdiferensiasi pada potongan akar bukan merupakan chimera sehingga kembali pada genotip berduri.
Mericlinal chimeras Chimera meriklinal diproduksi ketika derivat sel-sel termutasi tidak menutupi semua kubah apikal. Sebuah lapisan sel-sel yang termutasi dapat dipelihara pada hanya satu bagian meristem yang akan menghasilkan pucuk chimera atau daun yang akan berkembang di area itu sedangkan area yang lain normal. Banyak chimera meriklinal mengikutsertakan jumlah sel-sel yang terbatas sehingga hanya sedikit area pada satu daun yang akan terkena dampaknya. Seperti pada kasus chimera periklinal, kimera meriklinal secara umum terbatas pada satu lapisan sel. Chimera sektorial terbentuk dari mutasi yang berdampak pada sebagian dari meristem apikal, genotip yang berubah melebar melalui semua lapisan sel. Tipe chimera ini tidak stabil dan dapat menghasilkan tunas dan daun yang bukan chimera. Kedua tipe normal dan tipe termutasi dapat dihasilkan, tergantung pada titik pada ujung dimana tunas berdiferensiasi.

Pengenalan Pola Chimera

Pengamatan yang cermat pada pola pewarnaan daun dikotil pada ‘variegated plant’ memungkinkan seseorang untuk menyimpulkan sifat lapisan chimera dalam ujung tunas. Karakterisasi lengkap alami dari ketiga lapisan tidak dapat dibuat secara makroskopis karena sebagian besar sel lapisan epidermis daun dikotil tidak memproduksi kloroplas bahkan jika informasi genetik untuk perkembangan kloroplas tersedia. Meskipun demikian sel-sel penjaga pada stomata mengandung kloroplas yang secara genetik lapisan pertamanya hijau, tetapi hal ini harus diamati di bawah mikroskop.

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan sifat lapisan sel adalah menggunakan huruf besar dalam urutan untuk mendenotasikan komposisi genetik dari sel-sel yang terkandung di dalamnya. Sebagai contohnya, penandaan yang benar untuk chimera periklinal dengan sebuah lapisan L.I hijau, lapisan L.II putih dan lapisan L.III hijau adalah G-W-G.

Pada daun dikotil, tepi daun berasal dari L.II. Luasnya tepi daun yang diakibatkan oleh L.II bervariasi di antara spesies, dan pada beberapa kasus, luasnya tepi daun bervariasi di antara daun pada batang yang sama. Daun yang digambarkan pada Gambar 2A diproduksi dari meristem yang bernotasi G-G-G (bukan chimera, bukan ‘variegated plant’), sedangkan daun pada Gambar 2B diproduksi dari G-W-G ‘variegated plant’.

Pada tanaman monokotil, L.I berkontribusi pada perkembangan tepi daun dan sebagian besar daerah tengah yang berkembang dari lapisan L.II. Tidak seperti daun tanaman dikotil, L.III hanya berkontribusi sedikit pada sel dari helaian daun. gambar 3A-E merepresentasikan pola ‘leaf variegation’ dari tanaman Chlorophytum comosum. Gambar 3A (atas) adalah dari sebuah tanaman G-G-G (bukan chimera, bukan ‘variegated plant’), Gambar 3B (kedua dari atas) adalah dari tanaman W-G-G, dan Gambar 3C (tengah) adalah dari tanaman G-W-W. Keragaman dari daun ke daun dalam kontribusi L.I dan L.II ke proporsi sel-sel di dalam daun dari sebuah tanaman ditunjukkan pada Gambar 3D dan 3E (dua daun di bawah). Kedua daun diambil dari tanaman yang sama, tetapi daerah tepi yang hijau yang diberikan oleh L.I ke daun dalam Gambar 3D jauh lebih besar. Pengamatan yang sama mengindikasikan bahwa perkembangan pola daun dan kontribusi lapisan sel apikal yang berbeda ke perkembangan daun tidak dapat dikontrol dengan baik.

Perwujudan Chimera Selain Variegation

Ketika ‘variegation’ merepresentasikan wujud chimera yang sangat terlihat, harus lebih jelas dari pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam teori sebuah tanaman dapat menjadi chimera untuk semua sifat. Beberapa chimera yang jarang terjadi meliputi hilangnya pelengkap epidermal (blackberry tanpa duri, pohon persik tanpa bulu), perubahan warna daun pelindung pada ‘Euphorbia pulcherrima’, dan beragam pola warna mahkota pada anyelir dan krisan.
Chimera untuk level ploidi telah dipelajari secara ekstensif pada tanaman buah. Tetraploidi (penggandaan jumlah kromosom normal) menghasilkan buah yang lebih besar dari pada ukuran normalnya ketika sifat ini diletakkan di lapisan L.II dan L.III. Fenomena ini telah dipelajari di apel dan anggur.

Perbanyakan Tanaman Chimera

Chimera meriklinal dan sektorial tidak stabil secara alami dan perbanyakan tanaman untuk menghasilkan anakan yang sama secara morfologis dari tipe ini sangat rendah. Chimera periklinal sangat stabil dan dalam beberapa kasus (seperti pada ‘Chlorophytum variegated’) tanaman chimera paling jarang tersedia untuk diperjualbelikan.

Teknik yang paling sering digunakan untuk perbanyakan tanaman yaitu dalam bentuk chimera periklinal ‘true-to-type’. Ketepatan dalam perbanyakan tumbuh dari fakta bahwa susunan lapisan sel dalam meristem apikal tunas samping identik dengan susunan meristem dari asal tempat terbentuknya. Sehingga lapisan I, II dan III mengkontribusikan sel-sel ke meristem samping yang berdiferensiasi. Stek yang berakar, tunas, sambung pucuk, pembelahan dan perundukan semuanya adalah teknik perbanyakan dengan ketepatan yang tinggi. Permulaan penting dari aturan tersebut ditemukan dalam kasus dimana propagul berdiferensiasi dari tunas adventif. Sebuah kasus yang dibahas sebelumnya yang menggambarkan masalah ini adalah blackberry tanpa duri. Akar adventif yang terbentuk pada stek batang blackberry atau lapisan ujung berasal dari jaringan subepidermis dari batang (L.II dan L.III). Jika potongan akar kemudian diambil dari tanaman ini, tunas adventif tidak mengandung lapisan dengan genotip ‘tak berduri’ (L.I) dan propagulnya adalah tipe yang ‘berduri’.
Tunas Adventif


Seperti pada blackberry berduri, ‘Saintpaulia sp’. juga tidak bisa diperbanyak dengan cara true-to-type melalui stek daun. Tunas yang berasal dari stek daun biasanya berwarna tunggal atau dua warna belang yang tidak beraturan tanpa sifat pola pembungaan. Perbanyakan dengan ketepatan yang tinggi dari ‘Saintpaulia' sp. saat ini diperoleh dengan memisahkan penghisap yang berasal dari tunas samping. Hal ini menggambarkan sifat pola pembungaan lapisan sel dalam meristem apikal.
Gambar 3. 'Variegation' pada 'Saintpaulia' sp.

Pemisahan Chimera dalam Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman memungkinkan perbanyakan tanaman dari sejumlah sel yang sangat kecil di antara sistem jaringan atau di dalam kasus yang ekstrim, dari sel isolat tunggal (sel protoplas). Ketika diaplikasikan pada tanaman chimera, teknologi kultur jaringan menawarkan sebuah alat yang belum pernah ada sebelumnya untuk ‘mengiris’ atau memisahkan chimera untuk penelitian morfologi dari genotip komponennya. Dengan cara seperti itu, fakta bahwa chimera bisa dipisahkan dengan pembentukan tunas adventif dengan kekacauan yang bersamaan pada susunan sel-sel lapisan apikal menciptakan masalah yang serius jika menggunakan teknik ini untuk perbanyakan klonal yang cepat.
Pengalaman di laboratorium kami telah memperlihatkan bahwa ‘Ajuga reptans’ berproliferasi in vitro dari tunas aksiler dan tunas adventif. Planlet tersebut yang tumbuh dari tunas aksiler adalah fenotip yang normal. Tetapi planlet yang bervariasi juga dihasilkan. Sehingga terdapat dua tipe planlet. Tipe yang sering muncul adalah tipe daun yang berwarna hijau gelap. Tipe yang lain adalah yang sama sekali tidak mengandung klorofil, tampak merah muda di dalam kultur, tetapi gagal mengakar dan tumbuh karena ketidakmampuannya untuk berfotosintesis. Sebagian besar proliferasi terjadi dari perkembangan tunas aksiler karena hampir 70% planlet yang diproduksi adalah ‘true-to-type’.
Gambar 4. 'Ajuga reptans'

Ringkasan

Chimera periklinal yang stabiul menghasilkan penampakan tanaman yang unik. Kemampuan untuk memperbanyak tanaman ini dengan cara true-to-type tergantung pada penggunaan teknik propagasi yang memanfaatkan tunas lateral. Organisasi lapisan meristem apikal yang disifati untuk chimera periklinal dikelola dalam meristem lateral, tetapi biasanya hilang selama diferensiasi tunas adventif. Metode kultur jaringan tanaman menyediakan pemisahan genotip chimera dalam beberapa spesies, memfasilitasi penelitian pemisahan komponen genotip. Keuntungan kultur jaringan ini mungkin adalah kecenderungan dalam sistem yang berproliferasi in vitro melalui pembentukan tunas adventif, karena perbanyakan tanaman yang bervariasi mungkin saja terjadi.



Sumber:
http://aggie-horticulture.tamu.edu/tisscult/Chimeras/chimeralec/chimeras.html

Selasa, 10 Maret 2015

Tali Putri, Si Putri Parasit dari Eropa

Tali Putri berasal dari genus Cuscuta, famili Convolvulaceae. Banyak sekali spesies dari genus ini. Karena siklus kehidupannya yang tidak menarik dan cenderung merugikan (parasit-obligat), Tali Putri jarang dibahas di buku-buku bacaan kuliah. Berikut pembahasan mengenai spesies Cuscuta epithymum, salah satu anggota dari genus ini. Pembahasan ini diterjemahkan secara bebas dari laman http://climbers.lsa.umich.edu/?p=223.

Nama: Cuscuta epithymum Murray

Famili:
Convolvulaceae, keluarga bunga morning glory. Beberapa ilmuan menganggapnya sebagai anggota genus Cuscuta yang membentuk famili lain, yaitu Cuscutaceae.

Nama Umum: Clover Dodder, Lesser Clover Dodder, Lesser Dodder, Thyme Dodder. Nama umum untuk genus Cuscuta adalah Dodder, Love Vine, Angel’s Hair, Tangle Gut, Strangle Vine, Devil’s Gut, Witches’ Shoelaces.



Asal Kata: Dalam Bahasa Latin, Cuscuta berarti Dodder (gemetar). Tetapi, Cuscuta diperkirakan oleh beberapa orang memiliki asal kata Arab: “Kushkut.” Julukan tertentu menunjukkan tanaman yang menjadi tempat tumbuhnya Tali Putri: Thyme (timi). Prefiks Bahasa Yunani “epi“ berarti di atas, dan “thymum” adalah Bahasa Latin untuk thyme.

Sinonim : Cuscuta epithymum Sievers ex Ledeb., Cuscuta epithymum Webb & Berthel., Cuscuta epithymum Thuill.,Cuscuta epithymum Bové ex Choisy

Bentuk yang mudah dikenali:
¬ Tidak berdaun, tanaman parasit merambat yang berwarna kemerahan hingga ungu, biasanya ditemukan berserabut di atas inangnya.
¬ Bunganya kecil berwarnya putih hingga merah muda, bahkan kemerahan.
¬ Herbaseus biasanya hidup kurang dari setahun (annual).
¬ Bijinya sangat kecil dan kasar, berwarna abu-abu kusam atau coklat mengkilat.

Tinggi tanaman: Telah dilaporkan bahwa batang dari sebuah tanaman Tali Putri dapat mencapai panjang 804,7 meter jika inangnya cukup besar.

Subspesies/varietas yang diketahui:
C. epithymum var. alba (J. Presl & C. Presl) Trab.
C. epithymum var. angustissima (Engelm.) Yunck.
C. epithymum var. kotschyi (Des Moul.) Engelm.
C. epithymum var. macranthera (Held. & Sartoni) Engelm.
C. epithymum var. obtusata Engelm.
C. epithymum var. rubella (Engelm.) Trab.
C. epithymum var. sagittanthera Engelm.
C. epithymum var. scabrella Engelm.
C. epithymum var. vulgaris Engelm

Yang sering membingungkan: C. epithymum dapat keliru dengan spesies lain dalam genus Cuscuta. Sembilan spesies Cuscuta lain terdapat di Michigan. Di dunia, C. epithymumis seringkali tertukar dengan Cuscuta europea and Cuscuta epilinum, yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Dapat juga keliru dengan morning glory (Ipomoea), khususnya spesies yang kecil-bertangkai.

Habitat: C. epithymum paling umum tumbuh pada timi (Thyme), tetapi mungkin juga menjadi parasit pada tanaman lain, seperti alfalfa. C. epithymum paling sering ditemukan dalam areal pertanian di seluruh daerah iklim sedang dan hangat di dunia. Tetapi, telah dilaporkan juga bahwa tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis seperti Fiji and Tahiti. C. epithymum hidup di seluruh dunia dan banyak habitat. Suhu optimal germinasinya di dalam greenhouse adalah 15º C. di bawah kondisi optimal, spesies ini dapat bertahan hidup ketika musim dingin.

Distribusi Geografis di Michigan: C. epithymum didokumentasikan dari Oceana, Calhoun, Hillsdale, Washtenaw, Macomb, dan St. Clair.

Distribusi Elevasional yang Diketahui: Di pegunungan di Perancis, C. epithymum ditemukan hidup di ketinggian 2000m.


Distribusi Geografis Lengkap: Merupakan tanaman asli dari Eropa, Cuscuta epithymum sekarang dapat ditemukan di seluruh dunia. Di Amerika Utara, tanaman ini ditemukan di USA (CA, CT, IA, KY, MA, MD, ME, MI, MO, MT, ND, NE, NJ, NM, NV, NY, OH, OR, PA, RI, SD, VA,VT,WA,WV,WY) dan Kanada (BC, NB, ON). Cuscuta epithymum diketahui sebagai tanaman yang merajalela–khususnya pada legum, di Eropa dan di seluruh dunia. Tanaman ini telah menyebar ke seluruh dunia, dibawa oleh aktivitas perdagangan biji.

Parasitisme: Parasitisme pada tanaman adalah tipe hubungan simbiosis dimana tanaman memperoleh nutrisi langsung dari tanaman lain. Meskipun tanaman parasit umumnya diketahui tidak memiliki klorofil, beberapa spesies memiliki organ berwarna hijau, membuat mereka autotrof sebagian. Kaitan fisik antara parasit dan inang disebut sebagai ‘haustorium’ dan seringkali menciptakan perlekatan ‘xilem-ke-xilem’. Inang parasit bisa beragam, mulai dari tanaman mikoriza hingga rumput dan tanaman berkayu. Parasit seringkali membuka atau sedikit membuka celah stomatanya, yang memungkinkan terjadinya transpirasi untuk tujuan mengekstraksi nutrisi dari inang. Tanaman parasit dapat juga hemiparasit, maksudnya tanaman tersebut juga melakukan fotosintesis dan dapat bertahan hidup sendiri, atau holoparasit, yang berarti tidak bisa berfotosintesis dan tergantung seluruhnya pada inang untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Biasanya tanaman holoparasit tidak memiliki kloroplas.

Deskripsi Bagian Vegetatif: Selama perkecambahan, kecambahnya, masing-masing dengan akar jangkar kecil, mulai aktif membengkok mengelilingi lingkaran, untuk mencari inang. Sekali kecambah menemukan inang, kecambah itu melekat dan memulai untuk membentuk haustoria. Setelah menemukan inang, akar jangkar mati. Diameter batang Cuscuta epithymum kurang 0.4mm dan beragam warnanya mulai merah hingga ungu gelap. Daun yang sangat kecil mungkin muncul, tetapi tidak berfungsi. Cuscuta epithymum adalah tanaman holoparasit dan tidak melakukan fotosintesis.

Mekanisme Memanjat: Batang Cuscuta epithymum membelit menggunakan batangnya dengan orientasi kanan. Meskipun informasi spesifik mengenai mekanisme pemanjatan Cuscuta epithymum tidak ditemukan, informasi berikut menyinggung genus Cuscuta secara umum. Spesies Cuscuta memanfaatkan dua tipe melingkar: satu dimana lingkarannya erat dengan banyak haustorium, dan yang satu lagi dimana lingkarannya longgar dengan sedikit haustorium. Kedua tipe tersebut mungkin ada pada satu individu tanaman. telah diamati bahwa batang Cuscuta jarang membelit lebih dari 3 kali mengelilingi cabang inang tunggal.


Deskripsi bunga: Bunga kecilnya melekat erat, tidak bebas, tingginya 2-3 mm dari dasar ke sinus korolanya, warnanya putih sampai merah muda dan tersusun dalam tandan. Kaliksnya lebih pendek atau sama dengan tabung korola, lobus korolanya berbentuk triangularis dan runcing. Lima stamennya lebih pendek daripada lobus korola, dengan filamen yang lebih panjang daripada anternya. Bakal buahnya bundar, stigmanya berbentuk oblong, stilus dan stigmanya dua kali lebih panjang dari bakal buahnya.

Waktu Berbunga: Pertengahan Juli hingga Akhir September.

Polinator:
Cuscuta epithymum mampu melakukan polinasi sendiri ataupun polinasi silang. Banyak spesies insekta yang berbeda dapat berkontribusi dalam polinasi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa semut adalah salah satu pollinator utama, sedangkan penelitian yang lain menyatakan bahwa lebah, kupu-kupu, tawon dan insekta yang lain, secara kolektif dari 8 famili, ikut serta dalam proses polinasi ini.

Tipe Buah dan Deskripsi: buahnya bundar, kapsulnya circumscissile (pecah sepanjang garis melintangnya, sehingga ujungnya terpisah seperti penutup), ditutupi oleh korola yang layu. Buahnya biasanya mengandung 4 biji.


Deskripsi Biji:
Bijinya sangat kecil, kira-kira panjangnya 1 mm. Bentuknya kasar, bersiku dan bulat telur pipih. Hilumnya pendek, oblong dan melintang. Bentuk bijinya tergantung pada berapa banyak biji yang berkembang bersama, karena biji-bijinya berkembang berdampingan di dalam bakal buah. Satu tanaman Cuscuta epithymum dilaporkan dapat memproduksi 16.000 biji.

Persebaran Biji:
Genus Cuscuta pada umumnya digambarkan sebagai tanaman yang tidak beraturan dalam hal pemencaran biji. Tetapi, perkecambahan biji pada sebagian besar tanaman parasit membutuhkan sinyal dari inang yang cocok; sehingga persebaran biji spesies Cuscuta yang sukses seharusnya memastikan kedekatannya dengan inang yang diinginkan.

Perbedaan dengan Spesies yang Lain:
Cuscuta epithymum dapat dibedakan dari Cuscuta europea dengan batangnya yang keunguan dan stamennya yang tidak bebas dan fakta bahwa C. europea tidak tumbuh di Michigan. Cuscuta epithymum dapat dibedakan dari Cuscuta epilinum dengan warna bunganya yang merah muda hingga merah, lobus kaliks yang berbentuk triangular, lobus korola yang tersebar dan termasuk stamen. Meskipun Cuscuta epithymum dapat keliru dengan beberapa spesies batang kecil seperti Ipomoea dan Fallopia, penting untuk dicatat bahwa bunga C. epithymum sangat kecil, sedangkan bunga spesies Ipomoea besar dan bentuknya seperti lonceng. Selain itu, satu sifat yang paling penting dari C. epithymum adalah bahwa spesies ini hanya memiliki daun yang sangat kecil, seperti sisik, dan tidak berfungsi. Sedangkan Ipomoea and Fallopia memiliki daun yang berfungsi dan ukurannya jauh lebih besar.

Anggota Famili Lain yang Tumbuh di Michigan : Calystegia, Convolvulus, Cuscuta dan Ipomoea.

Penggunaan dalam Bidang Etnobotani: Pada abad pertengahan, penggunaan Tali Putri dalam bidang kesehatan dipercaya ditentukan oleh inangnya. C. epithymum seringkali tumbuh di tanaman Timi. Sehingga, karena Timi dianggap – secara figural, bukan secara harfiah – sebuah tanaman yang panas dan kering, dipercaya bahwa C. epithymum adalah obat karena karakternya yang hangat. Selain itu juga dipercaya bahwa ketika ditanam dan dicampur dengan darah anjing atau tanaman lain, C. epithymum dapat membantu seseorang terjaga dari pengaruh roh jahat.

Informasi Filogenetik: Convolvulaceae diletakkan di dalam ordo Solanales. Solanales dan Lamiales adalah sebuah kelompok monofiletik dalam kladus Asterid 1. Di antara Convolvulaceae, ada 3-4 subfamili yang berbeda. Cuscuta termasuk dalam subfamili Convolvuloideae.

Kutipan Menarik atau Fakta Menarik yang Tidak Disebutkan di Atas: Cuscuta memperoleh nama umum “love vine” karena suku asli Amerika, Pawnee, percaya bahwa untuk urusan memilih jodoh, seorang gadis akan memetik bagian dari tanaman tersebut dan membuangnya ke belakang sambil memikirkan seseorang. Jika keesokan harinya tanaman parasit ini dapat menyambungkan dirinya sendiri, itulah tanda bahwa seseorang tersebut akan menjadi pelamar yang baik. Mungkin sama dengan“He loves me, he loves me not” dalam kultur barat.

***


Selasa, 18 Maret 2014

Umbi Batang

Umbi diterjemahkan sebagai suatu pembengkakan organ tumbuhan (dapat berupa batang atau akar), yang berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan.

Secara umum umbi dibedakan menjadi dua, berdasarkan organ asalnya. Yang pertama adalah umbi batang, dan yang kedua adalah umbi akar.

Kali ini saya ingin membahas tentang umbi batang. Menurut asal muasal organ yang mengalami pembengkakan, maka umbi batang diartikan sebagai pembengkakan organ batang yang digunakan sebagai tempat penimbunan makanan.

Umbi batang ini dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu umbi batang yang terjadi di dalam tanah dan umbi batang yang terjadi di atas tanah.

Untuk umbi batang yang terjadi di dalam tanah, umumnya disebut pula umbi telanjang. Hal ini disebabkan tidak adanya buku, ruas dan daun/sisa daun pada umbi. Seperti yang kita ketahui, salah satu sifat batang adalah adanya ketiga unsur di atas. Satu-satunya ciri yang menjelaskan bahwa umbi tersebut adalah penjelmaan dari organ batang adalah adanya kuncup (mata tunas) di permukaannya. Sehingga dari kuncup ini akan keluar tunas dan kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman baru.

Contoh-contoh umbi batang yang terjadi di dalam tanah adalah sebagai berikut:
1. Solanum tuberosum (kentang)


Saya rasa hampir semua dari kita mengenal tanaman kentang. Tetapi sedikit yang menyadari bahwa sesungguhnya umbi kentang adalah penjelmaan dari organ batang, mengingat letaknya yang di dalam tanah.







2. Ipomoea batatas (ketela rambat)

Ketela rambat seringkali disebut sebagai 'telo' dalam bahasa Jawa dan disebut pula 'sabhrang' dalam bahasa Madura.











Sedangkan umbi batang yang terjadi/ tumbuh di atas tanah adalah sebagai berikut:
1. Dioscorea alata (ubi)

Dalam bahasa Madura kami menyebutnya sebagai 'kalentheng'. Ukuran umbinya memang tidak sebesar kentang atau pun ketela rambat. Meskipun demikian, umbi tersebut juga dapat direbus atau digoreng untuk kemudian dikonsumsi. Ubi tumbuh liar di daerah di dekat sawah dan kebun.









2. Dioscorea aculeata (gembili)


Mirip dengan ubi, hanya saja bentuk gembili lebih bundar-bundar. Umbi gembili juga bisa dikonsumsi.













Sumber pustaka:
1. Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
2. van Steenis, C.G.G.J., G. den Hoe, dan P.J. Eyme. 2013. Flora. PT. Balai Pustaka. Jakarta.
3. http://cdn-1.cook.stbm.it/uploads/glossario/054d66f3825a840abdc4ab8f243336152bf12ae5.jpg
4. http://www.merriam-webster.com/images/concise/large/37979.jpg
5. http://www.eattheweeds.com/wp-content/uploads/2011/09/med-dioscorea-alata-visoflora-9033.jpg
6. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5c/Dioscorea_bulbifera_at_Kadavoor.jpg/220px-Dioscorea_bulbifera_at_Kadavoor.jpg